SATE PAK TURUT
Sate Kambing Paling Terkenal di Gunungkidul
Diperbarui tgl 23 Desember 2021
(YogYes.com / Daniel Antonius Kristanto)
Harga makanan
Rp. 20.000 / porsi
Buka setiap hari
Pk 08.30 - 17:00 WIB
Menjelang siang setelah dua hari plesir di Gunungkidul, YogYES mampir ke Sate Kambing Pak Turut tak jauh dari Alun-alun Wonosari. Sebuah pikulan menghias beranda warung, mempertegas bahwa ini adalah warung sate. Tampak seorang pria sibuk mengipas tusukan daging di atas bara, menyebarkan aroma daging bakar terbang hingga ke jalanan, menarik orang-orang untuk singgah merasakannya.
Sate Kambing Pak Turut adalah sate paling terkenal di Gunungkidul yang ada sejak lebih dari seperempat abad lalu. Saat itu Pak Turut masih berkeliling membawa pikulan menjajakan sate. Lambat laun usahanya berkembang hingga tak perlu lagi berkeliling. Kini, setelah beliau meninggal, usahanya diteruskan oleh anak-anaknya, salah satunya adalah yang YogYES sambangi ini.
Sejarah sate sendiri lebih tua dari usia republik ini. Diduga berasal dari bahasa Tamil, sate mulai populer di Pulau Jawa seiring dengan kedatangan imigran Arab dan India di awal abad 19. Dipercaya sebagai bentuk modifikasi kebab, itulah kenapa yang umum digunakan adalah daging kambing. Belakangan, ragam sate semakin berkembang. Penggunaan dagingnya semakin bervariasi, tak hanya daging kambing begitu pula dengan bumbunya. Bila umumnya bumbu sate kambing cenderung sederhana, maka Pak Turut membuatnya lebih spesial. Satenya dibumbui dengan bumbu gulai dan beragam empon-empon yang dimasak berjam-jam. Bumbu ini dinamakan kopyokan. Inilah kunci kelezatan sate Pak Turut yang melegenda itu.
Ah, pesanan sate kami datang. Disajikan dengan siraman saus kecap pedas bertabur merica, ditemani irisan kubis dan mentimun. Nasi panas mengepul dari bakul didampingi teh poci gula batu dalam ceret blirik, berjaga-jaga bila kerongkongan butuh guyuran.
Aroma rempah menguar menyapa indera penciuman. Memancing lidah untuk cepat-cepat merasakannya. Hhhmmmm, daging empuk yang dikeroyok bumbu gulai dan empon-empon menjadi komposisi seksi. Tepat. Tak kurang, tak lebih. Rasa pedas cabai, panas merica, harumnya daun jeruk, hingga pedihnya bawang merah, semua terasa. Sesuai filosofi Jawa yang menjadikan empon-empon menjadi salah satu jenis sesaji yang bertujuan agar manusia bisa merasakan beraneka rasa kehidupan, seperti halnya bermacam rasa dari tiap empon-empon.
Seperti umumnya warung sate kambing, di sini juga menjual olahan kambing lainnya seperti gulai, tongseng, dan tengkleng. Harga satu porsi sate, lengkap dengan nasi dan minum hanya Rp 20.000. Sate Kambing Pak Turut sukses mengisi tenaga untuk perjalanan pulang ke Jogja.
Text Ken Savitrie
Copyright © 2013 YogYES.COM