DEPOT SETIAWAN
Ketika Pak Koki Restoran Memasak Bakmi di Pinggir Jalan

Jl. Wonosari km 7 Mantup, Baturetno, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta, Indonesia Lihat peta

Makanan pinggir jalan tidak selalu memiliki rasa yang pas-pasan. Di Depot Setiawan, kita bisa menikmati bakmi pinggir jalan dengan porsi yang besar, dimasak oleh Pak Koki veteran yang tidak lagi bekerja di restoran.

Diperbarui tgl 22 Desember 2021

Koki dengan pakaian putihnya yang khas

Koki dengan pakaian putihnya yang khas
(YogYes.com / Jaya Tri Hartono)

Buka setiap hari
Pk 17.00 - habis

Kami baru saja melewati Lampu Merah Mantup di tengah keramaian Jl. Wonosari di kala senja, ketika sebuah warung kecil di pinggir jalan mencuri perhatian kami. Warung ini terlihat berbeda dari warung biasanya; dipenuhi oleh pramuniaga yang berpakaian ala maid berjalan mondar-mandir dari satu sudut ke sudut lain. Di bagian depan, terlihat sebuah dapur terbuka (open kitchen) dengan tiga kompor yang menyala, dioperasikan oleh seorang koki dengan pakaian putihnya yang khas. Kami jadi heran, kenapa kostumnya formal sekali ya? Padahal ini hanya warung di pinggir jalan.

Baca juga:

Karena penasaran, kami memutuskan untuk duduk dan memesan makanan di warung yang ternyata bernama Depot Setiawan ini. Sebagian besar menu di sini berasal dari gaya masakan Tionghoa-Indonesia, seperti nasi goreng, bakmi, kwetiau, cap cay, fu yung hai dan pak lay. Selain itu, Depot Setiawan juga menyajikan ayam goreng, ayam saus mentega, steak ayam dan magelangan. Setelah lama berdiskusi, YogYES pun memutuskan untuk mencicipi salah satu menu yang katanya paling laris di depot ini: bakmi goreng dan cap cay sayur dengan porsi jumbo.

Nah, sambil menunggu hidangan tersedia, kami pun bercengkrama dengan pak koki yang sedang sibuk beratraksi: memasak 3 hidangan berbeda sekaligus! Rupanya, pria bernama asli Ruwanto ini memang memiliki latar belakang koki. Selama bertahun-tahun, Pak Ruwanto bekerja di berbagai restoran di beberapa kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta, Bandung dan Surabaya. Pada tahun 1995, Pak Ruwanto memutuskan untuk berhenti bekerja di restoran dan membuka depot kecil di pinggir jalan ini, yang ternyata selalu ramai hingga sekarang. Nama "Setiawan" sendiri diambil dari nama anak pertamanya yang sudah besar.

Saat membuka depot, Pak Ruwanto ternyata tidak mau meninggalkan kebiasaan di tempatnya bekerja dulu. Baju koki yang menjadi trademark-nya tetap digunakan hingga saat ini, menjadi salah satu ciri khas dari Depot Setiawan. Pegawainya pun memakai pakaian pelayan seperti di restoran resmi, terlihat mencolok dari Jl Wonosari yang ramai.

Setelah beberapa saat menunggu, hidangan yang kami pesan pun datang. Porsi yang disajikan ternyata benar-benar jumbo. Bakmi goreng yang dipesan terlihat menggunung di atas piring lebar, dengan berbagai topping seperti potongan bakso, daging ayam, dan telur orak-arik. Mie-nya cukup kenyal dengan aroma rempah yang cenderung minimalis. Begitu dijajal, rasa kecap dan rempah yang gurih cukup mendominasi, tapi mungkin tidak terlalu cocok bagi yang kurang suka manis.

Cap cay yang disajikan juga memiliki porsi jumbo, terdiri dari potongan kol, kubis dan wortel yang ditumis bersama potongan ayam dan telur orak-arik. Ketika dicoba, rasa asin-gurih khas kuah kaldu cap cay terasa pas, berpadu dengan tekstur sayuran yang masih krenyes-krenyes. Tidak perlu tambahan nasi untuk menikmati hidangan ini, karena porsinya saja sudah membuat perut kita kenyang.

Nah, bicara soal bakmi dan cap cay, tahukah nggak sih bahwa kebanyakan resep kedua masakan tersebut merupakan modifikasi dari racikan aslinya di Tiongkok? Ya, karena hubungan masyarakat Indonesia dan Tiongkok begitu erat, ada banyak sekali pertukaran budaya antar dua kawasan ini, termasuk dalam hal kuliner. Berbagai resep masakan asli Tiongkok seperti nasi goreng, bakmi, kwetiau, cap cay, dan lain-lain dibawa Indonesia, dengan sedikit modifikasi untuk menyesuaikan ketersediaan bahan dan citarasa masyarakat Nusantara. Resep-resep masakan hasil modifikasi ini yang kemudian disebut dengan gaya kuliner Tionghoa-Indonesia seperti yang sering kita temui saat ini, baik di restoran besar maupun di warung pinggir jalan, seperti Depot Setiawan milik Pak Ruwanto ini.

Cara menuju ke sana:
dari Jogja - Jl. Wonosari - lurus di perempatan Wiyoro (lampu merah) - Depot Setiawan (utara jalan)

Baca juga:
view photo