OSENG-OSENG MERCON BU NARTI
Pedasnya Meledakkan Mulut
Diperbarui tgl 23 Desember 2021
(YogYes.com / Daniel Antonius Kristanto)
Harga makanan
Rp 15.000 / porsi
Harga minuman
Rp 2.000 - Rp 3.000
Buka setiap hari
Pk 17:00 - 23:00 WIB
Puluhan orang duduk lesehan di atas tikar di pinggir jalan. Raut wajah mereka tampak terengah-engah, matanya melotot. Beberapa sibuk mengelap peluh di keningnya. Padahal orang-orang ini bukan sedang berolahraga, mereka sedang makan malam! Ya, situasi ini terjadi di sebuah warung tenda di daerah Kauman, Yogyakarta. Makanan seperti apa rupanya yang membuat acara makan malam terlihat begitu melelahkan?
Inilah efek dari oseng-oseng mercon. Makanan kreasi Bu Narti ini kini telah menjadi kuliner khas Yogyakarta. Berdiri sejak tahun 1998 saat negara ini sedang dilanda krisis ekonomi, demi meneruskan hidup setelah ditinggal mati sang suami. Kondang hingga ke berbagai kota, menarik setiap pejalan untuk mencoba.
Mercon, yang dalam Bahasa Indonesia adalah petasan menjadi nama kuliner bukan tanpa sebab. Buntelan mesiu yang sering dipakai dalam perayaan Imlek dan meramaikan lebaran ini seolah meledakkan dirinya di mulut. Seperti pejuang berani mati yang mengantar bom ke sarang musuh. Begitulah oseng-oseng racikan Bu Narti meluluh lantakkan kita. Membuat mata melotot, terengah-engah sambil mengipas lidah, hingga gobyos kotos-kotos, peluh bercucuran membasahi.
Dilihat dari bentuknya, tak ada yang menarik dari hidangan ini. Hanya nasi putih panas ditemani oseng-oseng sederhana berisi kikil, gajih, kulit, dan tulang muda. Orang Jogja menyebutnya koyoran. Terlihat sangat berminyak, ditambah kepungan irisan cabai rawit yang bijinya menempel di koyoran. Sedikit mengerikan. Bila didiamkan sebentar saja oseng-oseng ini akan membeku, kaku. Bukti kandungan lemak yang begitu banyak. Maka makanlah dengan cepat. Panas nasi putih juga bisa membantu memperlambat proses pembekuan lemak. Toh, makan mercon selezat ini mana bisa lambat-lambat, semua gerak cepat, tak sabar merasakan ledakan-ledakan selanjutnya. Kalau-kalau menyerah diserang pedas, menu lain seperti ayam, burung puyuh, dan lele akan membantu memulihkan lidah. Kapok lombok namanya, begitulah yang dirasakan oleh YogYES. Terengah-engah kepedesan begitu rupa, tapi tak mau berhenti. Dan besok rasanya ingin kembali, merasakan lagi ada mercon meledak di mulut.
Menurut Bu Narti, sang empunya warung ini, nama oseng-oseng mercon adalah pemberian dari budayawan Cak Nun. Konon, beliau sering makan di sini bersama istrinya atau teman-teman seniman. Saking luar biasa pedas, nama-nama selain mercon juga disematkan untuk oseng-oseng ini, misalnya bledeg dan halilintar. Bila ingin merasakan sambaran halilintar datanglah di akhir pekan karena khusus di malam minggu, Bu Narti akan melipat gandakan komposisi cabainya. Bila di hari biasa untuk 50 kg koyoran dicampur dengan 6 kg cabai, maka di akhir pekan Bu Narti akan menambah jumlah cabai. Seberapa banyak? Beliau merahasiakannya, yang pasti jauh lebih pedas. Nah, meskipun bukan musim hujan, bersiap-siaplah tersambar halilintar kiriman Bu Narti.
Text Ken Savitrie
Copyright © 2013 YogYES.COM