ANGKRINGAN 'BAPAK'
Tempat Mencicip Kesederhanaan Jogja yang Seutuhnya

Jl. Sugeng Jeroni No.63, Gedongkiwo, Mantrijeron, Kota Yogyakarta 55142, Daerah Istimewa Yogyakarta Lihat peta

Hmm, siapakah bapak penjual angkringan yang baik ini?

Diperbarui tgl 23 Desember 2021

angkringan lik par

(YogYes.com / Jaya Tri Hartono)

Buka setiap hari (Senin tutup)
pk 00.00 - pk 08.00 WIB

Di Yogyakarta, angkringan adalah sesuatu yang mudah dijumpai. Gerobak kayunya yang khas sering terlihat di pinggiran jalan, lengkap dengan aneka kudapan sederhana yang tersaji di atasnya. Dari sekian banyak angkringan yang terkenal di Yogya, ada sebuah angkringan yang selalu saya rindukan setiap kali bertandang ke kota gudeg ini.

Baca juga:

Saya menyebut angkringan ini sebagai angkringan 'bapak' karena bapak yang menjualnya sangat ramah, sampai-sampai saya merasa beliau seperti bapak saya sendiri. Angkringan ini memang bukanlah angkringan yang namanya populer di Jogja, bahkan tak memiliki nama. Namun, angkringan ini begitu istimewa hingga sejak pertama kali mengenal angkringan ini di tahun 2010 lalu, saya langsung jatuh cinta dengannya.

Angkringan ini dimiliki dan dikelola oleh seorang bapak. Setiap harinya, beliau yang saat ini sudah berusia 65-an tahun selalu mendorong gerobaknya seorang diri. Uniknya, saat sebagian besar warga kota tengah terlelap, bapak baru memulai usahanya. Menjelang jam dua belas malam, bapak mulai menata gerobak angkringannya. Beliau menyalakan lampu pijar, membakar arang, memanaskan air, dan menata aneka kudapan di atas gerobak kayunya.

Saat gerobak angkringannya telah siap dan air panas dalam ketel sudah menguap, sang bapak akan memutar radio kesukaannya. Ditemani gemericik suara aliran air sungai Winongo, lagu-lagu berbahasa Jawa Krama pun mengalun. Sambil menikmati sajian nasi kucing yang hangat, bagi saya suasana ini terasa begitu Njawani, alias Jawanya sangat terasa.

Walaupun buka di tengah malam, tapi selalu saja ada yang berkunjung ke angkringan bapak. Biasanya, orang-orang yang sulit tidur seperti saya akan bertandang ke sini untuk memesan segelas teh panas, menyantap sebungkus nasi kucing dan gorengan sambil melewatkan malam. Kepada setiap pengunjungnya, bapak selalu memberikan senyum terbaiknya. Dia menyapa, mempersilakan, dan selalu mengajak mereka untuk berbincang dan bersenda gurau.

Sejak menamatkan studi dan hijrah ke Ibu kota setahun lalu, suasana inilah yang selalu saya rindukan. Ada ketenangan yang mendamaikan hati saat menyantap aneka makanan sederhana di angkringan bapak. Pun, keramahan sang bapak yang selalu mengajak ngobrol para pengunjung juga menjadi nilai lebih yang mungkin tak tersaji di angkringan lain yang riuh oleh banyak orang.

Sampai hari ini, sebungkus nasi kucing hangat yang tersaji di angkringan bapak masih dibanderol seharga 2.000 rupiah saja, demikian juga dengan aneka gorengannya yang seharga 500 rupiah. Di tengah zaman segala harga merangkak naik, angkringan bapak menyajikan sebuah kesederhanaan yang nilainya tak melulu tentang rupiah. Bagi saya pribadi, angkringan bapak bukan sekadar gerobak berisi aneka kudapan, melainkan sebuah tempat temaram untuk menikmati kesederhanaan Jogja yang utuh dan otentik.

Sebuah kunjungan singkat ke angkringan bapak semakin meyakinkan saya bahwa ungkapan Jogja itu terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan, adalah memang benar adanya.

Cara menuju ke sana:
Malioboro ke selatan - belok kanan di km 0 ke Jl. KH Ahmad Dahlan - sebelum Parkir Ngabean, belok kiri ke Jl. KH Wahid Hasyim - Jl. Suryowijayan - belok kanan di Pojok Benteng Kulon ke Jl. Sugeng Jeroni - Angkringan 'Bapak' ada di dekat SPBU

Baca juga:
view photo