MANGUT BEONG SEHATI
Pedasnya Malah Bikin Ketagihan
Diperbarui tgl 30 Desember 2021
(YogYes.com / Jaya Tri Hartono)
Waktu Buka Mangut Beong Sehati
Selasa - Minggu pukul 08.00 - 16.00 WIB
Harga (2018)
Rp30.000 - Rp50.000
Duri, senggal, singgah, tageh, tiken, baung, bawon, dan beong adalah beberapa nama yang menunjuk pada hal yang sama: satu spesies ikan air tawar bernama latin Hemibagrus nemurus (sebelumnya Mystus nemurus). Di seputaran Yogyakarta, ikan yang bisa dibilang mirip lele, patin, dan bandeng ini paling dikenal karena menjadi bahan utama mangut di sekitar wilayah Candi Borobudur.
Mangut adalah sejenis gulai khas dari daerah Jawa (Yogyakarta, Semarang, Pati). Kuahnya terdiri dari santan dan rempah-rempah. Sementara itu, kuah mangut biasanya berisi lele (seperti di Mbah Marto), tetapi ada juga yang menggunakan ikan manyung (seperti di Bu Fat), iwak pe (banyak di Pati), belut dan ikan gabus. Selain menggunakan beong tentu saja, makanan khas yang pertama kali dijual di rumah makan legendaris Sehati.
Rumah Makan Sehati yang terletak 4 km dari Candi Candi Borobudur dirintis Bu Marni tahun 1996. Pada saat itu, di warungnya yang masih kecil-kecilan, ia sama sekali tidak menjual menu masakan yang ada hubungannya dengan beong; ia malah menjual soto dan opor. Mangut beong baru ia sajikan pada tahun 2000, setelah ia membeli ikan beong dari pemancing lokal yang datang dan menawarkan ikan beong segar dari Kali Progo. Namun seiring waktu, malah mangut yang cuma kebetulan ada ini yang makin digemari: yang awalnya hanya mengolah 3-5 kg beong perhari menjadi 100 kg perhari; yang awalnya bisa dikerjakan Bu Marni sendirian, jadi harus dibantu Istiqomah, anaknya, yang sebelumnya adalah buruh pabrik; yang awalnya hanya menjadi menu sampingan, sekarang sudah menjadi maskot warung Bu Marni.
Sekarang Bu Marni sudah tidak berjualan; Bu Istiqomah yang mengambil alih. Maka pagi itu, saat saya bersama Mas Jaya menyambangi Rumah Makan Sehati, saat belum ada pelanggan lain, Bu Istiqomah dan asistennyalah yang menyajikan dua piring mangut beong utuh pesanan kami. Kurang dari 5 menit, sudah siap disantap di meja kami merahnya kuah mangut dan menggodanya daging beong, dengan nasi putih yang masih mengepul.
Kenampakan mangut beong dari rumah makan yang memasok langsung beong dari sungai ini berbeda dengan Mangut Lele Mbah Marto di Bantul yang santannya terlihat kental sekali. Mangut beong di sini kuahnya merah karena rempah dan cabe. Dan penampilan pedasnya tidak menipu. Suapan pertama: wah enak sekali! Suapan kedua: wah makin enak, ada sensasi asap-nya meskipun ikannya digoreng! Suapan ketiga: wah pedas juga ya! Suapan ke empat: saya meneguk es teh! Begitulah seterusnya, berganti-ganti sendok dan gelas menyentuh bibir saya. Dari es teh, saya memesan minuman botol; dari es teh sendiri, saya mulai mencomot es teh Mas Jaya.
"Di sini memang nggak cukup kalau cuma pesen satu es teh, Mas," sahut asisten Bu Istiqomah yang khusus menghidangkan minuman. Namun meskipun pedas membakar dan Mas Jaya memperingatkan, "jangan banyak-banyak," saya tidak bisa berhenti menyantap sekujur tubuh ikan di depan saya. Tidak sampai di situ, piring Mas Jaya pun ikut saya jamah karena ia berhenti duluan. Saya baru berhenti saat kedua beong di depan kami sudah jadi tulang-belulang.
Setelah kenyang, saya sempat diantar masuk Bu Istiqomah masuk melihat langsung dapur sumber kesakitan-enak yang baru saja menghilang ke dalam perut saya. Ia menunjukkan potongan-potongan beong, baik yang masih segar di dalam kotak gabus, juga yang sedang digoreng di atas tungku kayu. Oh, ini ternyata sumber sensasi asap itu! Saya juga melihat berbagai macam rempah dan cabai rawit (cabai setan, sebutan warga sekitar) bahan pembuat kuah penyiksa enak tadi. Dengan jumlah sebanyak itu, pantas saja pedasnya bukan main.
Banyak yang bilang, ikan beong endemik Kali Progo, sungai yang mengalir dari Magelang sampai Kulon Progo. Namun yang bisa diduga dari bermacam-macam nama yang saya sebutkan di awal tulisan ini, ikan ini sebenarnya dapat ditemui di berbagai wilayah di Indonesia selain di Jawa, baik dalam di alam liar maupun di pembiakan, seperti di Riau, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan. Dan tidak hanya di Indonesia, ikan ini tersebar pula di Indocina, meski dengan ciri morfologis yang sedikit berbeda. Keliru, oleh sebab itu, bila menganggap ikan ini hanya ada di Indonesia, apalagi hanya di Kali Progo. Berbeda halnya bila kita mengatakan bahwa mangut berbahan dasar ikan beong yang luar biasa enak hanya ditemukan di sekitar Kali Progo, khususnya Rumah Makan Sehati. Ini bisa jadi benar.
Text
Copyright © 2018 YogYes.com
Cara menuju ke sana:
0 KM Yogyakarta - Jl. KH. Ahmad Dahlan - Jl. Bhayangkara - Jl. Jogonegaran - Jl. Kemetiran Kidul - Jl. Letjen Suprapto - Jl. Tentara Rakyat Mataram - Jl. Tentara Pelajar - Jl. Magelang - Jl. Mayor Kusen - Jl. Jend. Sudirman