7 Hal Unik dan Tradisional yang Bisa Kamu Lihat, Coba dan Nikmati di Jogja
Diperbarui tgl 22 Desember 2021
Selalu saja ada alasan untuk kembali mengunjungi Jogja. Entah karena kangen akan suasananya, keramahan penduduknya, ingin bernostalgia atau hanya ingin berlibur saja. Seperti seorang kawan lama, Jogja terus memanggil siapa saja yang pernah datang, untuk kembali lagi. Perkembangan zaman telah merubah banyak hal, segala sesuatu yang tradisional berganti dengan yang lebih modern. Gerobak diganti dengan mobil, pencukur rambut keliling telah digeser oleh barber shop atau salon-salon besar. Inilah yang membuat Jogja berbeda, ia hadir tak sekedar sebagai surga wisata, melainkan juga sebagai penjaga banyak hal tradisional yang dulu pernah ada. Berikut 7 hal unik dan tradisional yang bisa kamu lihat, coba dan nikmati di Jogja.
1. Gerobak Sapi Hias, Pasar Hewan Jangkang, Sleman
Membawa hewan peliharaan seperti sapi yang akan dijual ke pasar hewan umumnya menggunakan mobil atau truk, tapi di Jogja ada yang unik. Tiap hari pasaran, di Pasar Jangkang, Sleman ada tradisi membawa sapi menuju pasar dengan gerobak sapi hias. Gerobak sapi hias merupakan gerobak sapi biasa tapi dihias dengan warna merah, kuning, biru. Gerobaknya sangat sederhana berbahan dasar bambu dan kayu. Gerobak hias ini dikendalikan oleh seorang "bajingan" (kusir gerobak sapi). Pada hari Wage, para bajingan akan membawa sapi atau hewan ternak lain mereka dengan gerobak sapi hias ini menuju ke Pasar Jangkang dan menunggu pembeli di sana. Gerobak sapi akan semakin banyak datang pada hari Minggu Wage.
2. Kuliner Tradisional Geblek dan Tempe Benguk di Pasar Kenteng, Kulon Progo
Geblek adalah salah satu makanan tradisional yang menjadi ikon kuliner Kabupaten Kulon Progo. Panganan ini terbuat dari pati ketela pohon yang masih basah. Berwarna putih dan melekat antara satu dengan yang lainnya, geblek-geblek ini terasa gurih dan kenyal. Geblek enak dimakan bersama tempe benguk (tempe berbahan dasar kacang benguk) yang juga merupakan makanan khas Kulon Progo atau colek saja dengan saus sambal. Jika ingin mencicipi makanan yang tergolong langka ini, langsung saja datang ke daerah Kulon Progo, mampir ke salah satu pasarnya, yakni Pasar Kenteng, Kecamatan Nanggulan, Kulon Progo
Cara menuju pasar Kenteng:
Kota Jogja - perempatan Ring Road Barat Demak Ijo - Jalan Godean - Pasar Godean - Jembatan Sungai Progo - Pasar Kenteng
3. Pembuatan Batik Tulis di Desa Wukirsari, Imogiri
Yogyakarta terkenal akan batik tulisnya sehingga menemukan batik tulis di Jogja tidaklah susah. Banyak galeri dan toko batik yang tersebar di seluruh penjuru Jogja, paling tidak, lihat saja di daerah Malioboro. Namun, pernahkah kita berpikir kira-kira dari mana asal dan bagaimana proses pembuatan batik tulis tersebut? Jika penasaran, datang saja ke Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul. Warga di desa ini mempunyai kemampuan membatik yang diperoleh turun-temurun dari orang tua mereka. Di desa inilah batik-batik motif khas Jogja yang sesuai dengan pakemnya dibuat. Dari motif batik Sida Mukti, Sida Luhur, Sida Asih, Wahyu Tumurun, Sekar Jagad dan lain sebagainya. Motif-motif tersebut mempunyai artian khusus seperti suatu doa bagi pemakainya. Tak hanya itu, di desa yang pernah memecahkan rekor MURI ini, wisatawan bisa melihat proses pembuatan batik tulis secara langsung di galeri yang ada, atau bisa berkunjung di rumah warga yang sedang membuat batik tulis.
Cara menuju ke sana:
dari Kota Jogja - perempatan ring road Terminal Giwangan - Jalan Imogiri Timur - jembatan Sungai Opak - ambil kiri pertigaan kedua setelah Sungai Opak - Desa Wukirsari
4. Cukur Rambut di Pencukur Rambut Keliling/Tradisional
Dulu, bertahun-tahun yang lalu, pangkas rambut keliling mungkin pernah ada, sebelum salon-salon ataupun barber shop menjamur di tiap sudut kota dan menggeser keberadaannya. Namun, itu tak terjadi di Yogyakarta. Di kota yang kental budaya ini, kita masih bisa menemukannya dengan mudah. Jika ingin bernostalgia ataupun mencoba sensasi mencukur rambut oleh pemangkas rambut tradisional, coba saja temukan mereka di pasar-pasar tradisional maupun di sekitar alun-alun utara Yogyakarta. Dengan bermodal sepeda ontel, kursi, tas kotak peralatannya yang berisi beberapa jenis gunting, pisau cukur, dan sebuah cermin, para pencukur rambut tradisional ini berkeliling mencari orang yang membutuhkan jasanya, atau menunggu mereka di bawah pohon yang rindang.
5. Jajan Kue Tradisional di Pasar Kotagede
Seiring berkembangnya zaman, makanan tradisional makin sulit ditemukan, tergantikan makanan-makanan instan dan cepat saji. Di Jogja, wisatawan masih bisa menemukan makanan-makanan tradisional tersebut di pasar tertua di Jogja, Pasar Kotagede. Pasar ini sudah berdiri sejak kurang lebih 400 tahun silam, ketika Panembahan Senopati menjadi penguasa Mataram Islam. Setiap hari Legi (penanggalan jawa), pasar ini selalu ramai karena hari itu merupakan hari pasaran pasar ini. Karena hari Legi pulalah, warga sekitar juga sering mengenalnya sebagai Pasar Legi. Namun untuk menemukan jajanan pasar tradisionalnya, kita tak perlu menunggu sampai hari Legi. Tiap sore hari, para pedagang telah siap dengan dagangannya. Makanan tradisional seperti serabi, cucur, pukis, sampai dengan makanan khas Jogja dan Kotagede yaitu bakmi pecel dan kue kipo menanti para pembeli. Tak hanya itu, setelah jajan sore, kita pun bisa melanjutkan perjalanan dengan berkeliling menikmati suasana jelang sore di kawasan kota tertua di Jogja ini.
Cara menuju ke sana:
dari Malioboro, ambil kiri di perempatan KM 0 - ambil kanan di perempatan lampu lalu lintas Jl. Senopati - Jogjatronik, Jl. Brigjen Katamso - Perempatan Pojok Benteng Wetan, ambil kiri - ambil perempatan lampu lalu lintas XT Square - Jl. Pramuka - ambil kiri di lampu lalu lintas berikutnya - Kotagede - pasar Kotagede
6. Mengikuti dan Melihat Prosesi Adat dan Tradisi Jogja
Jogja itu kental dengan budaya dan kearifan lokalnya. Walau perlahan Jogja berkembang menjadi kota yang cukup maju, masyarakat Jogja masih mempertahankan budaya dan kearifan lokal yang ada sejak dahulu. Terdapat banyak sekali budaya dan kearifan lokal yang masih dapat disaksikan hingga sekarang, mulai dari merti dusun dan sedekah/labuhan laut, prosesi adat nyadran, upacara keagamaan seperti Melasti, upacara umat agama Hindu dan lain sebagainya. Jika sulit mencocokkan waktu berkunjung dengan waktu kegiatan tersebut digelar, kita dapat langsung datang mengunjungi Keraton Yogyakarta. Di keraton ini, kita bisa melihat aktivitas dari Abdi Dalem yang menarik seperti prosesi persiapan hidangan untuk Sri Sultan. Prosesi ini dilakukan setiap hari pada pukul 06.00 pagi dan pukul 11.00. Jika di pagi hari loket masuk keraton belum dibuka, kita bisa melihat prosesi tersebut pada pukul 11.00. Ketika para abdi dalem "perempuan" menggunakan pakaian khasnya, keluar dari kompleks keraton menuju dapur keraton (Gedhong Patehan). Hidangan yang disiapkan berupa teh tubruk, teh saring, kopi dan air putih. Kita boleh melihat aktivitas ini namun hanya pada area Gedong Patehan saja.
7. Warga Dusun Kentingan, Sleman yang Hidup Bersama Ribuan Burung Blekok
Hidup berdampingan dengan hewan peliharaan mungkin itu sudah biasa. Namun, apa jadinya bila hidup berdampingan dengan ribuan satwa liar? Warga Dusun Ketingan, Sleman sudah terbiasa dengan hal tersebut. Sejak berpuluh-puluh tahun lalu, mereka hidup berdampingan dengan ribuan Burung Blekok yang tiba-tiba saja datang dan bersarang di pohon-pohon mereka. Mengunjungi desa ini, kita dapat mengamati aktivitas-aktivitas burung ketika membuat sarang hingga memberi makan anakannya. Waktu terbaik untuk datang adalah pada pagi dan sore hari. Pagi hari biasanya burung-burung ini akan memberi makan anakannya dan membetulkan sarang. Menjelang siang burung ini pergi berkelompok ke area persawahan di sekitar desa. Di sore hari, mereka berbondong-bondong kembali ke sarang, memberi makan anakan bahkan ada yang membenahi sarangnya kembali.
Cara menuju ke sana:
dari Kota Jogja - perempatan ring road barat Demak Ijo - Jalan Godean - Jalan Cebongan - Desa Sendari, Desa Kerajinan Bambu - ikuti petunjuk jalan menuju Desa Wisata Ketingan - Desa Wisata Ketingan
Text
Copyright © 2015 YogYes.com