GUA KIDANG KENCANA
Pertemuan si Penggembala dengan Kidang Kencana

Sabrang kidul, Purwosari, Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta, Indonesia +62 852-2895-1355 Lihat peta

Cerita tentang pertemuan seorang penggembala dengan seekor rusa menjadi sejarah awal penamaannya. Petualangan seru menyusuri perut bumi pun dimulai ketika memasuki sebuah lubang dengan penerangan seadanya.

Diperbarui tgl 23 Desember 2021

Menyusuri lorong dengan stalaktit dan sungai kecil mengalir

Menyusuri lorong dengan stalaktit dan sungai kecil mengalir
(YogYes.com / Jaya Tri Hartono)

Tiket Masuk Gua Kidang Kencana 2018
Rp 15.000 (termasuk pemandu, headlamp, rompi, dan sepatu)

Jam Buka Gua Kidang Kencana
Senin - Minggu: pukul 09.00 - 16.00 WIB

Zamrud di barat Jogja itu kembali memberikan kejutan kecil yang tak hanya menyuguhkan keindahan namun juga menantang para petualang. Di balik perbukitan sunyi dan tanah karst yang tertutup vegetasi rapat nan subur, sebuah lorong perut bumi menyimpan pesona alaminya. Setelah Gua Kiskendo yang memukau dengan sepenggal kisah Ramayana, Kulon Progo masih memiliki Gua Kidang Kencana yang menunggu untuk dijelajahi.

Baca juga:

Lokasinya yang berdekatan dengan Gua Kiskendo membuat saya berpikir penggalan kisah Ramayana lainnya terpaut dengan gua yang berada di perbukitan Dusun Sabrang Kidul ini. Apalagi nama Kidang Kencana mengingatkan saya pada kisah tentang seekor rusa jadi-jadian yang sengaja dikirim Rahwana untuk memisahkan Rama dari Dewi Shinta. Namun ternyata, pertemuan seorang penggembala dan seekor rusa ratusan tahun silamlah yang menjadi sejarah awal penamaan gua yang lorongnya mencapai 350 meter ini. Menurut cerita masyarakat setempat, Mbah Bongsoriyo yang kehilangan kambingnya tak sengaja menemukan hewan piaraannya itu berada di dalam sebuah gua bersama seekor rusa. Sejak itulah gua tempat pertemuan Mbah Bongsoriyo dan si rusa dinamakan Gua Kidang Kencana.

Mulut gua yang curam dan tak terlalu besar dengan diameter sekitar dua meter mengantarkan YogYES masuk ke dalam kegelapan lorong gua, setelah sebelumnya kami harus berjalan sejauh 450 meter melewati jalan cor beton. Hanya dengan bantuan cahaya yang berasal dari head lamp, kami pun mulai berjalan mengikuti aliran sungai kecil, menyusuri gua bersama dua orang pemandu yang masih keturunan Mbah Bongsoriyo. Tak ada lampu penerangan atau jalanan cor semen yang memudahkan YogYES untuk mengeksplorasi keelokan hasil fenomena endokarst di dinding gua. Bahkan tak jarang kami harus berjalan jongkok atau merangkak jika lubang di perut bumi ini semakin menyempit. Lorong gua yang bisa menembus bagian di balik bukit ini memang dibiarkan alami tanpa ada perubahan sedikit pun.

Tak melulu lorong gua yang sempit, proses karstifikasi oleh aktivitas air tanah dan air hujan ribuan tahun silam di Gua Kidang Kencana juga menyisakan ruang gua yang lebih lapang, dengan bentukan-bentukan alami berupa ornamen-ornamen dan ukiran unik di dinding gua. Sebut saja Ringin Kurung yang merupakan batuan kapur besar menyerupai pohon beringin lebat, batuan serupa kentongan, ruangan luas yang disebut Selangit, bebatuan alami menyerupai stupa candi yang disebut Candi Sewu, Soko Bentet yang merupakan tiang gua hasil penyatuan stalaktit dan stalagmit, Bungkus Angkrem berupa batu besar menyerupai bentuk hati, Langit Kuntoro, Bulus serta Pancoran. Seluruh ornamen di Gua Kidang Kencana itu pun menambah kekayaan fenomena geologis di Kulon Progo yang senantiasa membuat para penikmatnya berdecak kagum, seperti kami.

Baca juga:
view photo