PANTAI DRINI
Pantai yang Tenang dengan Pulau Karang
Diperbarui tgl 09 April 2022
Pulau karang mengapung kesepian di tengah samudera
(YogYes.com / Daniel Antonius Kristanto)
Aroma laut mulai tercium saat YogYES menyusuri jalanan mulus di pinggiran Gunungkidul, pertanda kami semakin dekat dengan pantai. Dua jam berkendara dari Jogja terbayar lunas ketika kami tiba di Pantai Drini. Matahari belum lagi garang, masih berbaik hati melukis langit biru, menjadikannya latar untuk hamparan pasir putih. Sementara sebuah pulau karang mengapung kesepian di tengah samudera.
Pantai Drini menjadi salah satu pantai istimewa di pesisir Gunungkidul karena sebuah pulau kecil di tengahnya, membagi pantai menjadi dua bagian. Konon di pulau tersebut banyak ditumbuhi santigi (Pemphis acidula), atau masyarakat di sini biasa menyebutnya drini. Itulah kenapa pantai dan pulau ini diberi nama drini. Bila laut sedang surut, kita bisa pergi ke pulau. Tak perlu menjadi climber untuk memanjat karang, karena tangga beton rela dipijak demi mengantar kita ke atas. Dari sini, pandangan kita bisa menyisir seluruh Pantai Drini, melihat gunungan alang-alang atap gazebo hingga deretan perahu nelayan. Semua tampak mungil, seperti miniatur bikinan kurcaci. Kini, tak ada lagi pohon drini, yang ada hanyalah pandan laut (Pandanus tectorius) memenuhi setiap jengkal tanah, berebut hidup dengan rerumputan. Saat YogYES ke sana, ada seorang bapak tua asyik nembang Jawa sambil mencari rumput untuk pakan ternak. Terdengar seperti seorang penyanyi yang diiringi musik orkestra alam. Ah, betapa damainya...
Pulau ini juga sekaligus memisahkan sisi Timur dan Barat pantai menjadi dua karakter yang berbeda. Bagaikan manusia berkepribadian ganda, satu sisi tenang dan lembut, sementara sisi lainnya keras dan garang. Di Timur pantai, tebing-tebing berbaris gagah, berdiri angkuh seolah menantang penguasa laut. Dipadu dengan pulau karang, maka sebuah laguna yang elok pun terbentuk. Terjaga dari amukan ombak, menjadikannya tempat nyaman untuk mandi hangat air asin, bagaikan berada di bath tub raksasa, melemaskan otot yang lelah menyusuri pulau karang. Komposisi air berwarna biru kehijau-hijauan, dengan dinding dan pulau karang mengelilingi, serta beratap langit biru, ditambah pandangan bebas menuju lautan lepas, mengalahkan fasilitas spa dari salon manapun di muka bumi. Sambil menikmati pijatan air laut, akuarium alam yang mengoleksi beragam biota laut selalu menemani. Gerombolan Ikan jenis Goby Pasir, Jambrong, dan Sergeant Major tampak bermain petak umpet, berkejaran satu sama lain di sela karang, saling bersembunyi dari teman sepermainannya.
Di bagian tengah pantai, sejalur dengan arah menuju pulau, ada sesuatu yang menarik. Kumpulan tipis pasir hitam berdiameter sangat halus tanpa malu-malu menerobos dominasi pasir putih. Bila mata tak awas, niscaya bagian ini akan terlewat. Menurut penelitian, dahulu ada sungai bawah tanah bermuara di Pantai Drini. Alirannya membawa pasir hitam yang sekarang masih bisa dilihat.
Sisi Barat pantai punya pesona tak kalah eksotis; deretan perahu bercadik tertambat, beristirahat sejenak setelah semalaman bergelut dengan ombak laut Selatan. Satu dua nelayan terlihat menebar jala ke air, berharap ada ikan yang sudi mendatangi, menyerahkan diri untuk menyambung hidup keluarga nelayan. Ya, Pantai Drini juga merupakan kampung nelayan tradisional. Karakter ombak yang lebih kuat dan langsung menuju samudera tanpa karang menghalangi, menjadi tempat yang tepat bagi para nelayan untuk jalur berangkat dan pulang melaut.
Lelah berkeliling pantai, marilah beristirahat di gazebo-gazebo kayu beratap ilalang. Menikmati kesegaran air kelapa muda sebagai penghilang dahaga sembari menunggu ikan hasil tangkapan nelayan matang dibakar. Berekreasi ke Pantai Drini seolah datang ke ahli terapi. Memulihkan lelah di kaki, juga di hati.
Text Ken Savitrie
Copyright © 2013 YogYES.COM