GUA JEPANG PARANGTRITIS
Mengintai Pantai dari Bunker Perang Dunia II

Bukit Pundong, Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, Bantul, Yogyakarta Lihat peta

Mengintai keindahan Pantai Parangtritis dan Pantai Depok dari ketinggian atau merasakan suasana militer dari Perang Dunia II? Di Gua Jepang Parangtritis, kita bisa melakukan keduanya.

Diperbarui tgl 22 Desember 2021

Mengintai pesisir Jogja dari dalam

Mengintai pesisir Jogja dari dalam
(YogYes.com / Jaya Tri Hartono)

Tiket Masuk Gua Jepang Parangtritis 2018
Gratis
(kita hanya perlu membayar Tiket Masuk Kawasan Pantai Parangtritis dan Depok sebesar Rp 5.000)

Jam Buka Gua Jepang Parangtritis
Senin - Minggu: buka 24 jam

Tahun 1942, sekitar satu tahun setelah menyerang Pearl Harbor di Hawaii, Amerika Serikat, Jepang mulai mengalihkan perhatiannya ke negara-negara Asia Tenggara. Setelah menduduki beberapa kota lain di Indonesia, akhirnya mereka sampai ke Yogyakarta pada tanggal 5 Maret 1942. Setelah mengusir tentara Belanda, Jepang langsung membuat pos-pos pertahanan utama untuk menahan laju tentara sekutu yang ingin merebut kembali wilayahnya di Indonesia. Salah satu pos pertahanan tersebut masih bisa kita jumpai di Bukit Pundong, Kretek, lokasi berdirinya 18 gua pertahanan jepang yang menggambarkan suasana dari masa Perang Dunia II.

Baca juga:

Udara segar dari laut menyambut Yogyes ketika sampai di bukit yang sama, 73 tahun kemudian. Sambil menapaki jalanan berliku, kami berusaha memacu motor menuju Kompleks Gua Jepang tersembunyi di puncak Bukit Kapur Pundong yang terjal. Tempat ini terkenal bukan hanya karena nilai sejarahnya, namun juga karena pemandangan yang disebut-sebut sangat mengagumkan. Konon, kita bisa melihat seluruh pesisir Pantai Parangtritis dan Pantai Depok dari lokasi ini, ditambah pemandangan Perbukitan Menoreh dan kabupaten Bantul dari ketinggian.

Setelah beberapa menit mendaki, kami pun sampai di kompleks Gua Jepang Parangtritis yang cukup luas. Semak-semak berdaun kering menghiasi sebagian besar kompleks seluas 12 hektar ini, ditutupi oleh beberapa pohon Jati (Tectona grandis) yang tegak dan suara gemuruh ombak di kejauhan. Jalan aspal ternyata hanya tersedia sampai di sebuah perempatan yang menjadi pintu masuk utama ke kompleks tersebut. Selanjutnya, kami harus berjalan kaki menapaki jalan-jalan berbatu untuk melihat seluruh gua yang ada di kompleks ini, masing-masing memiliki desain dan view yang berbeda-beda.

Seluruh gua di kompleks ini memiliki dinding abu-abu yang muram, ditambah suasana yang lembab dan remang-remang membangkitkan kenangan dan atmosfir di waktu perang. Suasana ini bisa kita gunakan sebagai latar pemotretan yang keren, baik untuk fotografi model, landscape, atau pre-wedding. Bagi yang suka dengan gaya army-look, tempat ini bisa menjadi lokasi yang cocok untuk merekayasa suasana perang dalam foto yang kita ambil.

Nah, selain menikmati suasana bungker perang dunia, di kompleks ini kita juga bisa menikmati pemandangan yang menawan. Misalnya saja di gua nomer 10, berlokasi di sisi selatan bukit yang menghadap langsung ke Pantai Parangtritis dan Pantai Depok. Dari sini, kita bisa mengintip dengan jelas kawasan pesisir pantai yang memanjang ke barat, beserta gulungan-gulungan ombak besar yang terus menghantam daratan berpasir. Di belakangnya, kita bisa melihat hamparan sawah berbagai warna yang nyempil diantara kawasan pemukiman. Suasana pun menjadi semakin segar ketika angin laut bertiup sepoi-sepoi, menghilangkan rasa penat setelah berjalan di atas jalanan berbatu yang keras.

Setelah puas mengambil foto dan mengunjungi ke-18 gua yang ada, Yogyes pun memutuskan untuk pulang. Dua ekor Elang-ular Bido (Spilornis cheela) memberi salam perpisahan kepada kami dari langit yang tinggi, mengepak-ngepakan sayapnya sambil bersuara keras. Entah apa yang mereka lihat dari atas sana, tapi yang jelas tidak sama dengan pemandangan indah dan suasana ngeri yang kami rasakan di bawah sini.

Cara menuju ke sana:
Dari Jogja - Jl. Parangtritis - Jembatan Kretek belok kiri - Lihat tanda ke Gua Jepang - Gua Jepang

Baca juga:
view photo